MEMBANGUN GENERASI YANG BERSIH KELAKUANNYA
Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia. Kejadian 39:10
Hingga hari ini kalau membaca ayat di atas dan ayat-ayat sebelumnya saya masih saja merasa surprise dan terkagum-kagum sambil menyimpan perasaan "tak percaya", betapa orang seperti Yusuf yang nota bene masih sangat muda, kurang pengalaman dan tinggal di dalam sebuah keluarga yang tidak mengenal Allah, sanggup bersikap dan bertindak sedemikian rupa. Ia berhasil bukan hanya dalam pekerjaan tangannya tetapi juga dalam menjaga martabat dirinya dan rasa takutnya akan Allah di dalam situasi yang telah dipersiapkan begitu rupa untuk "menjebak" dirinya.
Saya makin menyadari bahwa Allah memunculkan kisah ini dalam buku-Nya, yakni Alkitab, untuk memberitahukan isi hati-Nya kepada kita semua orang percaya, bahwa,
Takut akan Allah adalah dasar yang sangat kuat bagi orang muda untuk memiliki kelakuan yang bersih.
Orang muda tidak bisa dianggap rendah dalam hidup kerohanian atau spiritualnya. Karena itu Paulus menasihatkan sekaligus meneguhkan hati Timotius agar tak seorangpun menganggap dirinya rendah karena dia masih muda. Ia menantang supaya Timotius dapat menjadi teladan bagi orang percaya dalam perkataan, dalam tingkah laku, dalam kasih, dalam kesetiaan dan dalam kesucianmu.
Allah mau memakai orang-orang muda seperti Yusuf untuk menjadi perkakas dalam rumah-Nya untuk maksud yang mulia.
Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. 2 Tim.2:21-22
Inilah panggilan yang mulia bagi anak-anak muda. Hidup menjauhi nafsu orang muda demi mengejar sebuah kualitas hidup yang dapat diteladani dalam hal perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, kesucian, pengejaran akan keadilan (kebenaran) sambil terus menjaga hati nurani tetap bersih.
Mungkinkah kita akan mendapatkan generasi yang sedemikian ini? Jika Allah menghendaki orang-orang muda hidup seperti itu maka Dia sendiri akan memunculkan orang-orang itu, memanggil-Nya untuk masuk dalam rencana-Nya yang besar di akhir zaman. Dan, tidak ada satu pun dari rencana-Nya yang gagal.
Lalu apa peran kita dalam hal ini? Tidak bisa tidak, kita sebagai orang tua perlu mempersiapkan anak-anak kita menjadi generasi yang bersih kelakukannya. Dengan sungguh-sungguh, jikalau kita tidak mau mengalami hal yang sama pada bangsa Israel setelah kematian Yosua dan para orang tua yang sezaman dengan dia.
Yosua, seorang yang berintegritas dan penuh pengabdian kepada Allah sejak muda hingga masa tuanya ternyata tidak "mewariskan" sebuah generasi yang sekualitas dengan dirinya. Kerohanian Israel merosot dan meninggalkan Tuhan sepeninggal dirinya.
Setelah seluruh angkatan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang dilakukan-Nya bagi orang Israel. Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal. Hakim-hakim 2:10-11
Saya coba memperhatikan dan mencari tahu mengapa Israel jatuh ke dalam penyembahan berhala, dan menemukan bahwa hal itu terjadi bermula dari adanya percampuran Israel dengan bangsa-bangsa yang ada di sekitar mereka. Percampuran yang berlanjut kepada pernikahan campur.
Demikianlah orang Israel itu diam di tengah-tengah orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus. Mereka mengambil anak-anak perempuan, orang-orang itu menjadi isteri mereka dan memberikan anak-anak perempuan mereka kepada anak-anak lelaki orang-orang itu, serta beribadah kepada allah orang-orang itu. Hakim-hakim 3:5-6
Percampuran nilai-nilai Kerajaan Allah dengan nilai-nilai kerajaan dunia ini berakibat kawin campur tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang menyakitkan hati Allah. Apakah penyebabnya?
Kalau kita memperhatikan catatan dari kitab Hakim-Hakim tadi, pernikahan campur terjadi karena orang tua Israel mengijinkan anak-anak lekaki mereka mengambil anak perempuan bangsa-bangsa di sekitarnya. Dan memberikan anak-anak perempuan mereka. Jadi pangkal penyebabnya adalah orang tua! Orang tua yang berkompromi dengan membiarkan anak-anak mereka menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya.
Inilah orang tua yang abai, membiarkan generasi berikutnya, yakni, anak-anak mereka masuk dalam kehidupan yang berakibat hancurnya nilai-nilai moral sebuah bangsa. Orang tua yang menghina Tuhan dengan tidak memandang apa yang dilakukannya sebagai sesuatu yang menodai kesucian-Nya. Orang tua yang menjerumuskan anak-anaknya ke dalam kehidupan yang terpisah dari Allah dan mendatangkan bencana bagi masa depan mereka sendiri.
Saya kutipkan hasil survey seorang guru besar teologi dan sosiologi sebuah universitas di Eropa, Stephen Bullivant mengenai anak-anak muda Eropa sebagai sebuah perbandingan bagi kita semua.
Survei terhadap anak-anak muda dan orang dewasa di 12 negara Eropa berusia antara 16 hingga 29 tahun yang kadang disebut generasi milenial- memperlihatkan mayoritas dari mereka mengaku tidak menganut agama.
Angka anak muda yang tidak beragama sangat tinggi, terutama di Republik Ceko, yang proporsinya mencapai angka 91%.
Kecenderungan tidak menganut agama tertentu juga tinggi di Estonia, Swedia, dan Belanda, yang angkanya berkisar antara 70% hingga 80%.
Sementara yang mengaku paling relijius, dalam pengertian secara terbuka mengaku menganut agama, adalah anak-anak muda di Polandia, diikuti oleh Lithunia dan Austria.
"Norma bahwa biasanya orang-orang Eropa memeluk Kristen, sudah tak berlaku lagi, dan mungkin hilang selamanya atau setidaknya dalam kurun 100 tahun ke depan," kata Stephen Bullivant, kepada koran Inggris, The Guardian. Bullivant adalah guru besar teologi dan sosiologi di St Marys University di London yang menulis hasil survei yang dilakukan pada tahun 2014-2016 di 12 negara Eropa tersebut.
Bagi generasi milenial, kata Bullivant, pengaruh agama lemah atau bahkan tidak ada sama sekali. Memang, ada pendidikan agama Kristen di sekolah, tapi pendidikan ini tidak membekas pada generasi ini.
Di Republik Ceko, 70% anak-anak muda mengatakan tidak pernah ke gereja atau tempat ibadah lain dan 80% mengaku tidak pernah beribadah.
Di Inggris, Prancis, Belgia, Spanyol, dan Belanda, antara 56% hingga 60% mengatakan tidak pernah ke gereja. Antara 63% hingga 66% tidak pernah beribadah. Hanya di Polandia, Portugal dan Republik Irlandia di mana lebih dari 10% anak-anak muda mengatakan menghadiri misa atau kebaktian setidaknya sekali dalam sepekan.
Sayang penyebab dari kecenderungan ini tidak diungkap, tetapi jika berbicara tentang anak muda, rasanya sulit jika tidak menghubungkannya dengan orang tua atau keluarga mereka. Jika anak-anak muda secara umum tidak lagi beragama bisa jadi semua itu dimulai dari keluarga atau orang tua mereka.
Pada bagian lain Alkitab memberitahu kita bahwa ketika Allah memanggil orang untuk hidup benar sesuai dengan rencana-Nya, maka Ia berjanji untuk memberkati bukan hanya orang tersebut, tetapi juga anak cucunya.
Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.
Mazmur 37:25-26
Namun ini tidak terjadi dengan begitu saja. Orang tua harus mengajar dan mendidik atau memuridkan anak-anak-anak mereka. Bandingkan dengan ayat di bawah ini mengenai apa yang dipikirkan Allah tentang Abraham.
Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya." Kejadian 18:19
Abraham dipanggil Allah untuk menerima janji-janji yang sangat besar yang akan diterima juga oleh keturunannya. Sebagai konsekuensinya Abraham wajib memerintahkan kepada anak-anaknya dan keturunannya supaya hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan kepadanya. Dan itulah yang dilakukan oleh Abraham kepada Ishak dan Yakub sehingga kita dapat melihat Yusuf yang adalah cucu dari Abraham menjadi seorang yang sejak mudanya hidup bersih, memiliki integritas moral yang kuat karena dilandasi oleh takut akan Tuhan.
Para orang tua perlu merenung apa yang telah dan akan ditanam dalam kehidupan anak-anak mereka. Sebaliknya, anak-anak muda perlu berpikir bagaimana hidup sebagai orang muda yang bersih kelakuannya, di pemandangan Tuhan dan manusia. (Jkt SiKY 25 Sept 19)
Artikel Terkait
- MASA MUDA, MASA MENCARI TUHAN
- MANFAAT & METODE MENGHAFAL FIRMAN TUHAN
- KELUARGA YANG MENGENAL KITAB SUCI
- BERHARGANYA RUMAH KITA
- PARA AYAH, PELAJARILAH KITAB SUCI DAN WARISKANLAH IMAN !