Artikel

Dibutuhkan Seorang Gembala Dirumah!

Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu.4:6 Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah. Maleakhi 4:5-6

Inilah kalimat penutup Perjanjian lama yang Tuhan sampaikan melalui nabiNya. Perjanjian Lama diawali dengan kejatuhan Adam dan keluarganya serta ditutup dengan sebuah pesan agar terjadi pemulihan di dalam keluarga, sebab jika tidak terjadi pemulihan hati bapa-bapa kepada anak-anaknya dan sebaliknya, maka Allah sendiri akan datang dan memukul bumi dengan kutuk. Sebuah “ancaman” yang tidak main-main. Dari ayat tersebut di atas kita sadar bahwa masalah di dalam keluarga adalah masalah terbesar yang dihadapi oleh bumi ini. Bukan masalah ekonomi, bukan masalah politik serta bukan masalah sosial melainkan masalah keluarga. Ya, masalah rumah tangga. Masalah hati bapa-bapa dan masalah hati anak-anak! Masalah yang sangkut pautnya adalah tentang generasi yang satu dengan generasi berikutnya.

HATI BAPA-BAPA TIDAK MENCERMINKAN HATI BAPA DI SORGA.

Para ayah disebut dengan sebutan yang sangat terhormat seperti sebutan untuk Allah sendiri yang dipanggil dengan kata yang sangat bersifat keluarga, yaitu Bapa. Para ayah disebut bapa supaya dapat menjadi cerminan bagi anak-anaknya agar mereka dapat mengenal hati Bapa di sorga. Seperti apakah hati Bapa di sorga?

Hati Bapa di sorga adalah hati yang mengasihi tanpa syarat, hati yang bertanggung jawab atas seluruh keberadaan anak-anaknya, penuh dengan penghargaan dan pengertian serta yang terutama adalah hati yang selalu terhubung dengan anak-anaknya seperti seorang gembala yang baik. Hati seperti inilah yang telah hilang dari bapa-bapa yang ada di dunia ini.

Sebagaimana pemazmur katakan bahwa Allah adalah Seorang Gembala yang baik, maka sepatutnya juga para ayah adalah gembala yang baik. Gembala bagi siapa? Sudah pasti gembala bagi keluarganya, bagi anak-anaknya, di dalam rumah mereka!

Hal itulah yang tersirat dengan kuat dalam ayat-ayat yang sudah sangat familiar bagi kita,

6:6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, 6:7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
Ulangan 6:6-7

Kewajiban utama seorang gembala adalah mengasihi domba-dombanya, bahkan Tuhan Yesus sendiri mengatakan gembala yang baik rela menyerahkan nyawanya bagi domba-dombanya. Dan, praktik mengasihi itu dinyatakan dengan memberi makan domba-dombanya, dan sesungguhnya seperti itulah tugas dan kewajiban seorang ayah kepada anak-anaknya yakni memberi makan kepada anak-anaknya. Tugas mengasihi sebagai seorang gembala bagi seorang ayah telah ditetapkan melalui kebenaran firman Tuhan di dalam Efesus 6:4,

 

”Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.”

Kata “didiklah” dalam bahasa aslinya memiliki pengertian memberi makan agar anak-anak menjadi dewasa. Sudah pasti hal ini bukan hanya sekedar makanan jasmani yang memberikan pertumbuhan secara fisik, sebab dengan jelas firman Tuhan mengatakan bahwa ayah harus memberikan didikan (atau makanan) berupa ajaran dan nasihat Tuhan. Ajaran itulah yang akan menjadikan anak-anaknya bertumbuh menjadi dewasa di dalam iman.

 

ARTI SEORANG ANAK.

Apakah artinya seorang anak ketika ia dianugerahkan kepada orang tua? Banyak orang tua menganggap anak sekedar “titipan” dari Allah. Benar, sekedar titipan! Dalam anggapan ini ada suatu celah yang berbahaya, yakni “sebuah dalil”, jika orang tua sanggup merawat dan mendidiknya dengan baik, maka dia akan melakukannya. Tetapi, kalau orang tuanya merasa tidak sanggup merawat dan mendidik anaknya dengan baik, ya sudah, tidak mengapa. Hal itu tidak bisa dipaksakan! Benarkah demikian? Prinsip seperti ini sekalipun tidak pernah diucapkan oleh orang tua, khususnya para ayah tetapi secara “batin” hal tersebut seperti menjadi sebuah “keadaan yang tidak bisa diubahkan lagi”.

Karena hal inilah maka banyak orang tua menyerahkan hal mendidik anak sepenuhnya kepada gereja, sekolah, atau para pendidik profesional lainnya. Bahkan gereja kemudian ikut melakukan kesalahan yang sama, yakni tidak memberikan pengajaran dan pelatihan yang cukup agar para ayah benar-benar menjadi bapa yang bertanggung jawab untuk menjadi gembala dan mendidik anak-anaknya. Gereja membuat program yang sangat baik untuk anak-anak, untuk para remaja, untuk kamu muda, untuk kaum wanita tetapi lupa membuat program untuk memuridkan para ayah agar para ayah sebagai gembala dapat memuridkan anak-anak mereka. Padahal, saya percaya ketika orang tua dikarunia anak, serta dengan itu pasti Allah mengaruniakan hati dan kesanggupan untuk mendidik anak-anaknya di dalam jalan Tuhan.

 

BERTOBATLAH.

Kita perlu mengakui dan bertindak untuk meninggalkan kesalahan dan dosa yang fatal ini. Di sini kita perlu mendengar dengan hati seruan pertobatan yang telah digemakan oleh Maleakhi. Kita perlu merenungkan konsekuensinya jika tidak ada pemulihan hati bapa-bapa dan hati anak-anak, hati para gembala dan hati domba-dombanya. Dan saya, sebagai gembala sidang menjadi orang pertama yang harus bertanggung jawab akan hal ini.

Kita orang tua, para ayah khususnya, perlu bertobat dari :

1. Meneruskan tradisi berpikir yang salah bahwa seorang ayah tanggung jawabnya adalah mencari nafkah untuk menafkahi istri dan anak-anaknya. Sungguh mengerikan apa yang akan terjadi di bumi ini jika para ayah masih saja berpikir bahwa menjadi seorang ayah tidaklah lebih dari menjadi ayah secara materi. Anak-anak lelaki kita akan meneruskan hal ini dan sampai kapan hal ini akan berhenti jika kita tidak menghentikannya sekarang ini?

2. Mengabaikan tugas dan tanggung jawab utamanya sebagai gembala bagi keluarganya yang harus mengajar atau memberi makan anak-anaknya dengan ajaran dan nasihat Tuhan. Mengabaikan dengan sengaja melalui menyerahkan tanggung jawab ini kepada gereja, kepada para pembina anak maupun kepada guru-guru sekolah anak-anak kita.

3. Kemalasan untuk mempelajari kebenaran firman Tuhan supaya bisa memberikan makanan rohani kepada keluarga.

4. Tidak memberi keteladanan yang cukup yang dapat dilihat oleh anak-anak kita bahwa pusat hidup kita adalah Kristus.

Mengakhiri refleksi ini saya kembali mengutip pernyataan Derek Prince sehubungan dengan Maleakhi 4:5-6.

”Menurut Maleakhi masalah terbesar dan paling mendesak pada masa kini adalah : para ayah yang gagal dan anak-anak tak berayah. Para ahli ekonomi dan pembuat undang-undang sosial menawarkan kepada kita segala macam diagnosis dan penyelesaian masalah. Namun akar masalahnya adal dalam keluarga. Para orang tua telah melalaikan tanggung jawabnya terhadap anak-anaknya”.

Jadi, jika akar masalahnya ada di dalam keluarga, maka para ayah atau kepala keluargalah yang paling bertanggung jawab. Kita mesti menekankan hal ini karena kita tidak bisa lari dari tanggung jawab. Setiap ayah dan kepala keluarga harus bertanggung jawab untuk menjadi gembala bagi keluarganya, menjadi gembala di rumahnya. Karena itu kebutuhan terbesar untuk mengatasi persolan terbesar kita adalah para ayah, para kepala keluarga, para bapa!

Artikel Terkait



Kembali ke atas

0 Komentar :

Komentar Saudara...


Nama :
Email :
Website :
Komentar :
 
 (Masukkan 6 kode diatas)


 



Pokok Doa

- Terjadinya pertobatan dari bangsa kita dimulai dari Gereja-Nya.

- Agar Jemaat dikuatkan untuk mengambil kesempatan memberitakan nama Yesus dengan cara apapun yang Tuhan berikan di tengah keadaan yang sukar ini.

- Keselamatan dan perlindungan Tuhan atas orang-orang percaya

- Pemerintah Pusat dan Daerah, Dokter dan para medis yang sedang berjuang menangani pasien akibat Virus Corona

semua agenda

Agenda

Info

  • Parents Meeting, Minggu 04 Juni 2023 pukul 12.00 di rumah ibadah

  • Doa Semalam Ceria, jumat malam 2 Juni2023 pukul 22.00 - 04.00.

  • Belajar Bersama (KRISTOLOGI) kamis 25 Mei 2023 jam 19.30 Via ZOOM. hubungi admin untuk mendapatkan link.

  • Teens Fellowship, Jumat 26 Mei 2023 jam 16.00 dirumah ibadah

Polling

Apakah Saudara/i sudah belajar memulai membangun ibadah bersama di dalam keluarga?
Sudah
Belum

Lihat

Kontak Kami

GPdI Jemaat Ujung Menteng
Jalan Kelurahan Ujung Menteng no.18 RT015/RW001, Cakung,
Jakarta timur. Indonesia.

Telp/Fax : (021) 4611850

E-mail :
admin@gpdiujungmenteng.com

Statistik Pengunjung

137218


Pengunjung hari ini : 164
Total pengunjung : 62607
Hits hari ini : 280
Total Hits : 137218
Pengunjung Online: 5